“People lose themselves in their 30s not because life gets worse, but because life gets louder.”
— Anonymous
Kamu pernah ngerasain gak… hidup kelihatan baik-baik aja dari luar, tapi di dalam hati ada ruang kosong yang kamu sendiri bingung harus ngisi apa?
Lucunya, justru ini sering banget dialami orang usia 30-an. Padahal karier udah lumayan, punya pendapatan stabil, hubungan sosial aman, semuanya terlihat “mature”. Tapi rasa kosong itu kok makin jelas?
Banyak yang diam-diam mikir, “Salahku di mana, ya?” atau “Apa aku kurang bersyukur?”
Dan lebih parahnya lagi… kamu mungkin ngerasa sendirian, padahal fenomena ini dialami banyak banget orang.
Kabar baiknya? Perasaan kosong ini bukan tanda kamu lemah atau gagal. Justru ini sinyal penting yang sering diabaikan. Mau tahu kenapa?
Tuntutan Hidup Makin Banyak, Tapi Arah Hidup Makin Kabur
Di usia 20-an, hidup tuh rasanya kayak arena eksplorasi. Kamu bisa coba pekerjaan A, pindah ke B, lalu balik ke C tanpa beban. Tapi masuk usia 30-an, ekspektasi mulai nempel rapet: harus stabil, harus settle, harus mapan.
Masalahnya, makin banyak tuntutan yang harus dijalani, makin sedikit waktu buat mikir:
“Sebenernya aku maunya apa, sih?”
Kamu kerjain tugas, kerjaan, rutinitas… tapi gak pernah ngecek GPS internalmu.
Akhirnya kamu capek, tapi bukan bertumbuh. Kamu jalan, tapi gak merasa bergerak.
Kamu sibuk, tapi gak merasa hidup.
Dan ini sering bikin jiwa terasa kosong.
Relate?
Prestasi Udah Dapet, Tapi Kok Gak Senang?
Ini ironis. Ketika kamu masih umur 20-an, mungkin kamu mikir, “Nanti kalau gajiku segini, aku bakal bahagia.” Atau, “Kalau udah punya pekerjaan tetap, semua jadi lebih ringan.”
Eh… ternyata pas udah dapet, perasaan puas itu cuma nongol sebentar. Habis itu hilang, dan kamu bingung lagi mau kemana.
Kenapa begitu? Karena usia 30-an itu masa ketika pencapaian materi nggak lagi cukup buat ngasih rasa berarti.
Kamu mulai pengen sesuatu yang lebih dalem: rasa punya tujuan, rasa dibutuhkan, rasa bermakna.
Masalahnya, kamu nggak tahu itu bentuknya kayak apa.
Makanya muncul perasaan hampa.
Lingkungan Berubah, Kamu Ikut Kedorong Arus
Usia 30-an biasanya momen ketika circle pertemanan lebih sepi. Banyak teman menikah, punya anak, pindah kota, fokus karier. Dan kamu mau nggak mau terbawa arus hidup masing-masing.
Pertanyaannya:
Kamu masih punya ruang buat ngobrol jujur dan dalem sama siapa?
Kadang kamu kangen versi dirimu yang dulu—yang penuh mimpi, penuh energi, dan bisa cerita spontan.
Sekarang semuanya harus diatur, dijadwalkan, direncanakan.
Dan pelan-pelan, kamu merasa kehilangan diri.
Kalau bukan itu yang bikin kosong, lalu apa?
Kamu Masih “Nanggung” Antara Dewasa dan Diri Sebelum Dewasa
Usia 30-an sering disebut sebagai “the in-between zone”.
- Kamu udah dewasa secara tanggung jawab.
- Tapi belum sepenuhnya dewasa secara emosional.
- Dan masih kangen versi dirimu yang bebas di usia 20-an.
Kamu ada di tengah jembatan antara “siapa kamu dulu” dan “siapa kamu seharusnya jadi”.
Rasa kosong itu muncul karena identitasmu belum bener-bener settle.
Ibarat HP, sistemmu lagi update.
Dan update itu gak selalu nyaman.
Kamu Terjebak Rutinitas yang Stabil… Tapi Tidak Engaging
Hidupmu baik-baik aja: gaji masuk, kerjaan aman, makan enak, tidur cukup.
Tapi justru karena stabil, kamu kehilangan tantangan.
Manusia butuh rasa kemajuan. Butuh rasa bertumbuh. Butuh merasa hidup itu bergerak.
Kalau setiap hari rasanya sama, ya wajar kalau kamu mulai ngerasa hampa.
Karena stabil itu baik, tapi stagnan itu bahaya.
Peluang Besar Usia 30-an: Justru Ini Masa Emas Menemukan Arah Hidup
Sekarang bagian yang bikin lega:
Usia 30-an itu bukan fase jatuh. Justru fase bangkit.
Kenapa? Karena di usia ini:
- Kamu udah punya bekal pengalaman hidup.
- Kamu udah tau apa yang kamu gak mau.
- Kamu lebih bijak daripada kamu kira.
- Kamu bisa mikir lebih jernih tentang hidup.
Rasa kosong itu bukan tanda kamu rusak.
Justru itu alarm bahwa kamu siap naik level.
Bayangin:
Usia 20-an itu masa eksplorasi.
Usia 30-an itu masa penyaringan.
Usia 40-an itu masa panen.
Kalau rasa hampa ini kamu tangkap sebagai sinyal, bukan ancaman, kamu bisa melompat jauh lebih cepat daripada yang kamu bayangin.
Apa Sih “Perasaan Kosong” Itu?
Biar jelas dulu, rasa kosong itu bukan berarti:
- kamu depresi,
- kamu gagal,
- atau kamu kurang bersyukur.
Kosong itu tanda disconnect—antara hidup yang kamu jalani dan hidup yang kamu inginkan.
Dari luar semuanya normal. Tapi dari dalam, kamu kehilangan makna.
Bukan berarti kamu salah jalan.
Cuma kamu belum nemu jalan yang lebih sesuai.
6 Masalah Umum yang Dialami Orang Usia 30-an (Dan Kenapa Bikin Hampa)
1. Hidup Dipenuhi Kewajiban, Bukan Keinginan
Kamu lakukan apa yang harus, bukan apa yang ingin.
Tiap hari rasanya kayak checklist, bukan perjalanan.
Ini bikin hati cepat lelah.
2. Kehilangan Ruang untuk Diri Sendiri
Kerja, keluarga, tanggung jawab… semua numpuk.
Tapi ruang untuk diri sendiri? Tipis banget.
Padahal identitas butuh di-charge.
3. Takut Salah Ambil Langkah
Di usia ini, salah melangkah terasa lebih “mahal”.
Akhirnya kamu berhenti melangkah sama sekali.
4. Terjebak Perbandingan Sosial
Teman seangkatan udah beli rumah, punya anak, naik jabatan.
Dan kamu mulai mempertanyakan dirimu sendiri.
Walau hidupmu sebenarnya baik-baik aja.
5. Kurang Tantangan Baru
Hidup aman itu bagus.
Tapi hidup tanpa tantangan itu membosankan.
Dan kebosanan yang mendalam terasa seperti kehampaan.
6. Kehilangan “Sense of Purpose”
Kamu mencapai begitu banyak… tapi gak tahu “buat apa”.
Dan itu bikin jiwa terasa kosong.
Solusi: 6 Langkah Konkret Biar Rasa Kosong Itu Pelan-Pelan Hilang
1. Kenali Arah Hidupmu
Rasa kosong itu muncul ketika kamu lupa nanya, “Aku sebenarnya mau hidup seperti apa?”
Ambil waktu buat refleksi, journaling, atau counseling.
2. Berhenti Hidup Berdasarkan Ekspektasi Orang
Kamu bukan lagi remaja.
Hidupmu milikmu—bukan milik timeline sosial orang lain.
3. Tambahkan Tantangan Baru
Ambil skill baru, project baru, atau hobi baru.
Ini bikin hidupmu punya rasa progres.
4. Bangun Ruang untuk Diri Sendiri
Entah itu 10 menit pagi hari, weekend me-time, atau jalan sendirian.
Ruang kecil ini punya dampak besar buat mental.
5. Cari Koneksi yang Lebih Berarti
Bukan sekadar banyak teman, tapi teman yang bisa diajak ngobrol jujur.
Koneksi yang hangat bisa ngisi ruang kosong yang gak bisa diisi pencapaian.
6. Mulai Komunikasikan Dirimu Lewat Tulisan
Menulis itu cara paling ampuh buat memahami diri sendiri.
Bukan harus jadi penulis—yang penting kamu jujur sama pikiranmu.
Tulisan itu bisa jadi kompas hidup.
Kamu Tidak Rusak. Kamu Sedang Bertumbuh.
Rasa kosong di usia 30-an itu bukan musibah.
Itu transisi.
Itu tanda kamu butuh hidup yang lebih bermakna, bukan sekadar lebih sibuk.
Dan kalau kamu lagi di fase ini, kamu gak sendirian.
Tapi kamu juga gak harus diam di tempat.
Hidupmu masih panjang.
Dan rasa kosong ini… mungkin justru awal dari bab baru yang lebih besar.
