Kenapa Ahli Selalu Tahu Apa yang Harus Dikerjakan Duluan? Ini Polanya

Table of Contents


“The successful warrior is the average man, with laser-like focus.”
— Bruce Lee

Pernah nggak kamu lihat seseorang yang keliatannya produktif banget? Kayak apa pun yang dia kerjain, hasilnya selalu rapi, efisien, dan tepat sasaran. Terus kamu mulai mikir, “Kok bisa sih dia selalu tahu apa yang harus dikerjain duluan?”

Dan … makin kamu mikir, malah makin bingung sendiri.
“Yang mana dulu, ya?”
“Semua penting.”
“Nanti salah prioritas lagi…”

Tenang, itu normal kok. Banyak orang bukan nggak mau fokus—mereka cuma bingung cara memilih fokus.

Tapi orang yang ahli? Mereka beda. Mereka nggak lahir-lahir langsung bisa fokus. Mereka belajar, jatuh-bangun, dan akhirnya memahami pola berpikir tertentu yang bikin mereka tahu apa yang harus dikerjakan lebih dulu.

Nah, artikel ini bisa jadi semacam “curi ilmu” dari para ahli—supaya kamu bisa meniru cara mereka menentukan fokus tanpa harus ribet trial-and-error selama bertahun-tahun.

Siap belajar? Kita gali bareng, ya.

Ilustrasi seseorang tahu memilih prioritas

Kenapa Banyak Orang Sulit Menentukan Fokus? (Dan Ahli Tidak)

Coba jujur: kamu berapa kali memulai hari dengan rencana rapi… tapi akhirnya sibuk padahal nggak ngapa-ngapain?

Hihihi, manusiawi.

Menurut penelitian dari University of California, manusia rata-rata terganggu setiap 3 menit, dan butuh 23 menit buat balik ke fokus sebelumnya.
Makin kacau kalau kamu nggak punya prioritas yang jelas—karena otakmu akhirnya menangani semua hal dengan level kepentingan yang sama.

Nah, para ahli punya pola pikir yang berbeda. Mereka tidak menanyakan:

❌ “Apa yang ingin aku kerjakan hari ini?”
Mereka menanyakan:
✔ “Apa yang paling berdampak kalau aku kerjakan hari ini?”

Beda satu kata, dampaknya lain banget.

1. Para Ahli Selalu Memulai dari Masalah Utama

(Ini Fondasi Semua Keputusan)

Bayangin kamu dokter yang harus nangani tiga pasien sekaligus:

  • satu batuk ringan,
  • satu keseleo,
  • satu lagi sesak napas akut.

Kira-kira kamu fokus yang mana dulu?

Jelas: yang sesak napas.
Walaupun cuma tiga pilihan, kamu tahu mana yang paling kritis.

Nah, dalam pekerjaan maupun hidup, orang ahli melakukan hal yang sama:
mereka mencari “sesak napas”-nya dulu.

Kenapa?
Karena nggak semua masalah punya impact yang sama.

Sementara kebanyakan orang justru ngejar hal yang lebih gampang, bukan yang lebih penting.
Contohnya:

  • ngerapiin folder,
  • ganti warna slide presentasi,
  • scroll konten “inspiratif” tapi nggak mulai apa-apa,
  • nulis jadwal yang sebenarnya cuma daftar penundaan.

Wkwk, relate?

Para ahli selalu bertanya:

“Masalah mana yang jika aku selesaikan, akan menghilangkan puluhan masalah lainnya?”

Dan biasanya, itu selalu fokus pertama mereka.

2. Mereka Menggunakan Kerangka / Mental Model

(Biar Nggak Mengandalkan Feeling Semata)

Kalau kamu perhatiin orang-orang hebat, mereka terlihat seperti “punya insting” memilih prioritas.

Padahal bukan insting. Itu kerangka berpikir (mental model).

Ada banyak model yang mereka pakai, tapi yang paling sering:

● Eisenhower Matrix

Dipopulerkan Dwight Eisenhower (Presiden AS & Jenderal Perang Dunia).
Dia memisahkan tugas menjadi:

  1. Penting & Mendesak → dikerjakan sekarang
  2. Penting tapi Tidak Mendesak → dijadwalkan
  3. Tidak Penting tapi Mendesak → delegasikan
  4. Tidak Penting & Tidak Mendesak → buang

Ahli nyaris selalu hidup di kotak nomor 1 & 2.

Orang biasa?
Sering terjebak di kotak 3 & 4.
(Scroling 30 menit masuk kotak mana hayo? Hihihi…)

● Pareto Principle (80/20)

Ahli selalu bertanya:
“Apa 20% aktivitas yang menghasilkan 80% hasil?”

Makanya mereka jarang kelihatan sibuk.
Karena mereka nggak ngurusin 80% hal yang cuma bikin lelah tapi nggak ngasih hasil.

3. Mereka Menolak Lebih Banyak Hal daripada yang Mereka Terima

(Titik Ini yang Sering Disalahpahami Orang)

Salah satu perbedaan mencolok antara orang ahli dan orang biasa adalah:

👉 orang biasa takut mengecewakan orang lain,
👉 ahli tidak takut mengecewakan hal yang nggak relevan.

Ada cerita menarik.
Warren Buffett pernah ngobrol dengan pilot pribadinya, Mike Flint.
Mike cerita dia punya 25 tujuan hidup, tapi bingung mau fokus yang mana.
Buffett lalu bilang:

  1. Pilih 5 tujuan paling penting.
  2. Coret 20 tujuan lainnya.
  3. Dan Buffett bilang: “Yang 20 itu justru musuh terbesar hidupmu.”

Lho kok?

Karena 20 itu cukup menarik untuk dicoba,
tapi tidak cukup penting untuk dikejar.

Itu alasan kenapa ahli terlihat “tegas”.
Padahal bukan tegas — mereka cuma tahu apa yang harus dihindari.

4. Ahli Selalu Ngitung “Return of Effort”

(Bukan Hanya Return of Investment)

Ahli tahu bahwa energi itu terbatas.

Mereka mengevaluasi fokus dengan pertanyaan:

“Kalau aku invest waktu 1 jam di sini, balikannya apa?”

Dan balikan ini bukan sekadar uang.

Bisa berupa:

  • waktu lebih banyak,
  • mental lebih tenang,
  • progres besar,
  • keahlian yang relevan,
  • reputasi meningkat,
  • peluang baru terbuka.

Sedikit cerita.

Dulu ada seorang UX designer senior di Silicon Valley.
Dia selalu pulang tepat waktu, padahal projectnya super padat.

Rahasianya?

Dia selalu bertanya setiap pagi:
“Apa satu hal yang kalau aku kerjakan hari ini, akan bikin pekerjaan lain lebih mudah?”

Kalau jawabannya “mengklarifikasi requirement klien”, dia fokus itu dulu.
Bukan desainnya.
Bukan interface-nya.
Bukan revisi kecil-kecil.

Satu jam ngobrol di awal, bisa menghemat 10 jam revisi belakang.

Itu namanya return of effort.

5. Mereka Memisahkan “Urgent Noise” dan “Important Signal”

Ahli sangat sensitif pada apa yang penting.

Kebanyakan orang punya musuh yang sama:
hal urgent yang sebenarnya nggak penting.

Contohnya:

  • notifikasi WhatsApp,
  • email biasa,
  • permintaan “sebentar doang ya”,
  • tugas kecil yang sebenarnya bisa menyusul,
  • hal mendadak yang bukan tanggung jawab inti.

Ahli tahu:
urgen bukan berarti penting.

Makanya mereka sering terlihat “tenang” dalam kondisi sibuk.
Karena mereka nggak lari ngejar semua suara.

Mereka cuma ngejar sinyal.

6. Ahli Sering Minta Perspektif Kedua

(Bukan Karena Lemah, Tapi Karena Pintar)

Salah satu kesalahan orang-orang ambisius adalah merasa “harus bisa memutuskan semuanya sendiri”.

Padahal ahli sering banget minta:

  • mentor
  • rekan sejawat
  • partner kerja
  • atasan
  • bahkan klien

Bukan untuk disuruh mikirin.
Tapi untuk checking bias.

Kenapa?

Karena fokus itu bisa salah arah kalau kamu:

  • lagi capek,
  • lagi emosional,
  • lagi takut gagal,
  • lagi “pengen cepat selesai”,
  • atau lagi ngerasa semua penting.

Makanya ahli nggak sok kuat.
Mereka justru kuat karena tahu kapan perlu opini tambahan.

7. Ahli Selalu Mulai dari Dampak Jangka Panjang

(Bukan Dari yang Paling Gampang Dikerjakan)

Kalau kamu perhatikan orang-orang top, mereka itu jarang memulai dari “yang mudah”.

Mereka memulai dari yang penting.

Contoh sederhana:
Pebisnis pemula suka menghabiskan waktu:

  • desain logo,
  • ganti warna brand,
  • bikin nama keren,
  • bikin bio,
  • nentuin warna feed.

Padahal yang penting?
Validasi produk dan cari pembeli.

Ahli tahu:
fokus terbaik adalah yang membuka pintu ke banyak fokus lain.

Ini seperti main catur.
Kuda memang bisa melangkah jauh, tapi kalau posisi rajamu lemah, percuma.

8. Mereka Memecah Hal Besar Jadi “Langkah Terdekat”

(Biar Nggak Overwhelm)

Kadang kita sebenarnya tahu apa yang penting.

Tapi masalahnya:
hal penting itu terasa besar banget.

Contoh:
“Bangun personal brand.”
“Belajar skill baru.”
“Tingkatkan kualitas konten.”
“Tulis buku.”

Kedengerannya berat, kan?

Sementara ahli punya trik:
mereka bertanya:

“Apa langkah paling kecil yang bisa aku lakukan dalam 5 menit?”

Contohnya:

  • bukan “mulai blog”, tapi “tulis outline 3 poin”,
  • bukan “belajar editing”, tapi “tonton satu tutorial”,
  • bukan “atur keuangan”, tapi “cek pengeluaran minggu ini”.

Fokus jadi gampang dipilih kalau yang kamu pilih itu kecil.

9. Ahli Fokus pada Akar Masalah, Bukan Gejalanya

(The Real Expert Move)

Misal kamu sering menunda pekerjaan.
Banyak orang akan fokus pada:

  • cari teknik anti-prokrastinasi,
  • ganti timer,
  • bikin to-do list,
  • pasang alarm motivasi.

Padahal ahli akan bertanya:

“Kenapa aku menunda?”

Dan jawaban yang sering muncul:

  • tugasnya membingungkan,
  • tidak yakin caranya,
  • takut salah,
  • tidak melihat progres,
  • tidak tertarik pada hasil.

Begitu akar masalahnya ketemu, fokus terbaik menjadi sangat jelas.

Kalau akar masalahnya “bingung caranya”,
ya fokus pertama adalah mencari kejelasan, bukan memaksa diri disiplin.

Jadi… Apa Rumus Sederhana ala Ahli untuk Menentukan Fokus?

Kalau diringkas, ahli selalu melakukan 5 langkah ini:

  1. Pilih masalah paling berdampak.
  2. Gunakan kerangka objektif (80/20, Eisenhower).
  3. Tolak hal yang nggak relevan.
  4. Hitung return of effort.
  5. Ambil langkah kecil ke arah yang besar.

Fokus bukan soal “mengerjakan semua hal”.
Fokus adalah seni memilih apa yang harus diabaikan.

Dan itu kemampuan yang makin terlatih seiring waktu.

Kamu Bisa jadi Seperti Mereka

Kalau sekarang kamu masih bingung harus fokus ke mana, itu bukan karena kamu kurang pintar.
Bukan juga karena kamu kurang disiplin.

Seringnya, kamu hanya belum memakai “kacamata prioritas” yang dipakai para ahli.

Mulai hari ini, coba lakukan hal sederhana:

👉 Tulis 3 hal yang menurutmu penting.
👉 Coret 2.
👉 Kerjakan 1 dengan seluruh energimu.

Kedengerannya sepele, tapi itu langkah yang bisa mengubah cara kamu bekerja selamanya.

Karena ahli bukan mereka yang bisa banyak hal.
Ahli adalah mereka yang tahu apa yang harus dikerjakan duluan,
dan berani mengabaikan sisanya.

Posting Komentar