7 Alasan Mengapa Orang Malas Lebih Berpeluang untuk Sukses

Table of Contents

Seorang teman saya pernah bercerita tentang temannya sendiri, yang katanya terkenal banget malas. Ceritanya begini—temannya itu hampir selalu datang ke kantor mepet jam masuk, jarang kelihatan sibuk, dan kalau ada lemburan, dia selalu punya alasan untuk pulang lebih cepat. Awalnya, teman saya pun merasa heran, bahkan agak kesal. “Kok bisa ya orang kayak gitu masih dipertahankan di kantor?” katanya waktu itu sambil geleng-geleng kepala.

Tapi kemudian cerita itu berbelok jadi sesuatu yang bikin saya diam cukup lama. Ternyata, temannya yang malas itu justru salah satu orang yang paling sering dipuji bos. Target kerjanya selalu tercapai, ide-idenya sering dipakai tim, dan entah bagaimana dia selalu selesai lebih dulu dari yang lain. Teman saya sampai bilang, “Gila ya, orang itu santai banget… tapi kok kayaknya hidupnya malah lebih enak dan kariernya naik terus.”

Waktu saya dengar cerita itu, saya ikut merenung. Jangan-jangan, orang malas memang bukan sekadar malas.

Bisa jadi mereka sedang memilih cara yang lebih cerdas, lebih hemat tenaga, dan lebih tepat sasaran. Dan dari situ, saya mulai penasaran: apa saja sebenarnya alasan orang malas justru punya peluang lebih besar untuk sukses?

Setelah saya mendengar seluruh ceritanya, saya diam cukup lama dan mulai merangkai benang merah dari apa yang ia ceritakan. Ada momen ketika saya merasa, “Ah, ini bukan sekadar kebetulan.” Dari sikap santainya, dari pilihannya untuk tidak ikut arus sibuk, ada pola yang bisa ditarik jadi pelajaran.

Dan kesimpulan-kesimpulan kecil itulah yang akhirnya saya tulis ulang menjadi poin-poin berikut—tujuh alasan kenapa orang yang terlihat malas justru sering punya peluang lebih besar untuk sukses. 

7 Alasan Mengapa Orang Malas Lebih Berpeluang untuk Sukses - Actionesia

1. Mereka Pandai Memilih Prioritas

Teman dari teman saya itu, menurut ceritanya, hampir tidak pernah terlihat mengerjakan semua hal sekaligus. Ketika orang lain sibuk dengan daftar tugas panjang, dia justru memilih beberapa hal penting dan mengabaikan sisanya.

Awalnya, teman saya mengira itu bentuk kemalasan yang merugikan tim. Sampai kemudian hasilnya muncul—pekerjaan yang dipilihnya selalu tepat sasaran dan membawa dampak nyata.

“Dia tuh kayaknya tahu persis mana yang harus disentuh, mana yang nggak usah,” begitu teman saya bercerita dengan nada heran.

Bukan karena dia nggak mampu, tapi karena dia tahu energi itu terbatas. Daripada habis di banyak hal, lebih baik diarahkan ke yang betul-betul penting.

Kalau dipikir-pikir, berapa banyak dari kita yang sibuk hanya demi terlihat sibuk? Padahal, orang yang disebut malas ini diam-diam menguasai seni memilih prioritas. Mereka sadar, fokus pada sedikit hal yang membawa hasil lebih baik jauh lebih masuk akal daripada memaksakan diri mengurus semuanya.

2. Mereka Mencari Cara Lebih Efisien

Teman saya juga sempat bercerita bahwa temannya itu sering bikin orang lain terheran-heran karena selalu menemukan cara tercepat untuk menyelesaikan pekerjaan. Dia bukan tipe yang mau repot mengerjakan sesuatu dengan cara panjang dan rumit. Justru karena sifat “malasnya”, dia terdorong untuk mencari jalan pintas yang tetap aman dan efektif.

“Dia tuh kayak nggak mau capek dua kali,” kata teman saya sambil tertawa kecil. “Kalau bisa pakai template, ya dia bikin template. Kalau bisa diotomatisasi, dia buat sistemnya.” Dari luar mungkin kelihatan seperti trik malas, tapi nyatanya itu membuat waktu dan tenaganya jauh lebih hemat dibanding orang lain.

Coba Anda bayangkan, berapa banyak energi yang bisa dihemat ketika kita mau berhenti ngotot pakai cara lama?

Orang-orang seperti ini membuktikan bahwa rasa enggan bekerja terlalu keras bisa memunculkan kreativitas—mencari cara yang lebih efisien, lebih cerdas, dan akhirnya memberi mereka ruang untk melangkah lebih cepat. 

3. Mereka Tidak Buang Tenaga untuk Hal Sepele

Dalam cerita teman saya, ada satu kebiasaan temannya yang bikin orang lain gemas: dia sering melewatkan detail-detail kecil yang tidak mempengaruhi hasil akhir. Bukan berarti dia ceroboh, tapi dia tahu persis mana yang benar-benar penting untuk diselesaikan dan mana yang hanya membuatnya kehabisan tenaga.

“Dia tuh nggak akan repot mikirin font di presentasi kalau nggak diminta,” ujar teman saya sambil nyengir. “Yang penting isinya kuat, datanya jelas. Urusan hiasan belakangan.” Awalnya orang-orang mengira itu tanda kurang niat, tapi pada akhirnya semua sadar—pekerjaan yang ia serahkan selalu tepat waktu dan sesuai target, tanpa harus membuang energi di hal-hal kecil yang tidak menambah nilai.

Pernahkah Anda merasakan sendiri betapa lelahnya ketika terjebak menyempurnakan hal-hal yang sebenarnya nggak terlalu penting?

Orang yang kelihatannya malas ini justru menunjukkan bahwa dengan menahan diri untuk tidak membuang tenaga di hal sepele, kita bisa menjaga stamina untuk hal yang betul-betul membawa perubahan besar. 

4. Mereka Berani Memanfaatkan Bantuan

Teman saya juga pernah bercerita, temannya yang terkenal malas itu bukan tipe orang yang gengsi minta tolong. Kalau ada pekerjaan yang bisa didelegasikan atau dibantu orang lain, dia akan melakukannya tanpa ragu.

Bukan karena mau lepas tangan, tapi karena dia sadar tenaganya lebih baik dipakai untuk hal yang hanya bisa dikerjakan olehnya.

“Dia tuh sering banget bilang ke rekan kerja, ‘Eh, bagian ini lo yang lebih jago deh, gue fokus yang itu aja,’” kata teman saya sambil menirukan nada santai temannya. Awalnya banyak yang menganggap dia cuma malas. Tapi hasil akhirnya bikin orang terdiam—karena pekerjaan tim justru selesai lebih cepat dan lebih rapi.

Kebanyakan dari kita kadang terjebak ingin melakukan segalanya sendiri, entah karena takut dianggap tidak kompeten atau ingin terlihat hebat. Padahal, orang-orang seperti ini justru berani mengandalkan bantuan orang lain dengan bijak.

Mereka tahu, kolaborasi bisa membuat sesuatu selesai dengan kualitas yang lebih tinggi dan waktu yang lebih singkat. Dan bukankah itu inti dari bekerja cerdas? 

5. Mereka Sering Menemukan Solusi Kreatif

Teman saya bercerita lagi, kadang temannya yang disebut malas itu bikin semua orang kaget dengan idenya. Karena dia ogah ribet, dia memikirkan cara-cara yang belum pernah dicoba orang lain. Dia seperti punya radar khusus untuk menemukan jalan pintas yang bahkan nggak terpikirkan sebelumnya.

“Lo tau nggak,” kata teman saya waktu itu, “dia pernah nemuin cara bikin laporan otomatis cuma pakai formula sederhana.

Kita yang lain udah bertahun-tahun bikin manual, capek sendiri.” Semua orang di kantornya sempat ketawa, lalu diam… karena sadar cara itu jauh lebih cepat dan menghemat waktu banyak orang.

Kalau Anda pikir-pikir, kreativitas sering lahir dari rasa enggan melakukan hal-hal membosankan berulang kali.

Orang yang terlihat malas ini justru memaksa otaknya mencari terobosan. Mereka bertanya, “Gimana caranya gue bisa selesai lebih cepat tanpa ngelakuin semua langkah?” Dari pertanyaan-pertanyaan itulah ide-ide segar muncul, yang akhirnya bikin mereka lebih menonjol dari yang lain.

6. Mereka Tahu Caranya Menghemat Waktu

Teman saya juga sempat menekankan satu hal yang bikin saya makin kagum. Temannya yang malas itu sangat jarang mengulang pekerjaan yang sama dua kali. Dia selalu mencari cara supaya sekali kerja, hasilnya bisa dipakai berkali-kali. Kalau ada pola yang bisa disederhanakan, dia buat sistemnya sendiri.

“Dia tuh pernah bikin satu file master,” cerita teman saya. “Tiap ada project baru, dia tinggal copy, ganti data sedikit, kelar. Kita yang lain masih mulai dari nol.” Awalnya hal itu terlihat seperti trik malas, tapi nyatanya justru itu yang membuatnya bisa mengerjakan lebih banyak hal dalam waktu singkat.

Bukankah waktu adalah aset paling berharga?

Orang-orang seperti ini mengingatkan kita bahwa efisiensi bukan cuma soal bekerja cepat, tapi juga soal menciptakan pola yang memudahkan hidup. Dengan menghemat waktu di satu sisi, mereka punya lebih banyak ruang untuk hal-hal besar lain yang menunggu di depan.

7. Mereka Punya Ruang untuk Berpikir Besar

Bagian terakhir dari cerita teman saya ini justru yang paling menggelitik pikiran.

Temannya yang malas itu sering terlihat duduk santai, bahkan kadang seperti melamun. Di saat orang lain sibuk kelimpungan, dia justru punya waktu untuk diam, mengamati, dan memikirkan cara kerja yang lebih baik.

“Dia tuh sering banget tiba-tiba nyeletuk ide,” kata teman saya. “Kayak, ‘Kenapa nggak kita coba cara ini aja?’ Terus semua orang langsung, wah, itu keren juga ya.” Dari luar tampak seperti orang yang nggak mau repot, padahal justru saat-saat santainya itulah dia membangun strategi.

Kalau kita selalu sibuk, kapan kita punya waktu untuk berpikir besar?

Orang yang terlihat malas ini justru punya ruang untuk melihat gambaran lebih luas, memikirkan langkah-langkah jangka panjang, dan membayangkan cara-cara baru yang lebih efektif. Dan seringkali, justru ide-ide besar itulah yang mengantar mereka ke titik sukses yang mungkin nggak pernah kita duga.

Saat Kita Berhenti Menghakimi dan Mulai Belajar

Setelah mendengar cerita itu dan merenungi setiap detailnya, saya jadi sadar bahwa label “malas” sering kali menipu. Di balik sikap santai dan enggannya mengerjakan semua hal sekaligus, ada cara berpikir yang lebih hemat tenaga, lebih kreatif, dan lebih strategis. Teman dari teman saya itu tidak melawan arus dengan cara berteriak, dia justru memilih jalannya sendiri—jalan yang kelihatannya lambat, tapi ternyata lebih cerdas.

Mungkin kita pun bisa mulai bertanya pada diri sendiri: dari sekian banyak hal yang kita kejar setiap hari, mana yang benar-benar penting? Mana yang bisa kita sederhanakan? Mana yang seharusnya kita lepaskan supaya punya waktu berpikir lebih luas?

Dan di titik inilah saya merasa, sukses bukan selalu soal seberapa keras Anda bekerja, tapi seberapa cerdas Anda memilih untuk bekerja. Kadang, justru orang yang dianggap malas diam-diam sedang memperlihatkan cara yang lebih bijak untuk maju.

Jadi lain kali, ketika Anda melihat seseorang yang tampak malas, jangan buru-buru menilai. Mungkin mereka sedang mempraktikkan seni memilih jalan yang lebih singkat, lebih efisien, dan lebih bermakna.

Dan siapa tahu, dari mereka kita belajar bahwa kesuksesan tidak selalu datang dari orang yang paling sibuk, tetapi dari mereka yang diam-diam menemukan cara paling cerdas untuk sampai di sana.

Actionesia
Actionesia Actionesia merupakan media yang didedikasikan untuk membantu kamu maksimalkan produktivitas, mengembangkan bisnis, dan membangun mindset yang kuat.

Posting Komentar